Menjadi penulis kini telah menambah
definisi baru pada ungkapan “cool”. Di era ketika segala hal bisa dipamerkan di
media sosial, profesi ataupun hobi menulis telah memberikan “status” baru bagi
pelakunya. Rasanya tak ada yang lebih keren dibandingkan dengan mengumumkan
pada dunia ketika seorang penulis sedang “tinggal sementara di Ubud” atau
minimal “sembunyi di sebuah kafe di Bandung” untuk menulis. Belakangan, bahkan
muncul “gerakan” yang bernama Menulis di Pasar.
Namun, di tengah hingar-bingar euforia yang “wow” semacam itu, ada seorang penulis yang justru kembali ke romantisme kuno, ketika para penulis merupakan sosok-sosok misterius yang dipuja penggemarnya. Dia adalah Ilana Tan, penulis tak kurang dari 10 novel yang semuanya “bestseller”. Bila umumnya penulis berlomba-lomba membuat narasi yang semenarik mungkin untuk biodata di halaman akhir bukunya, maka Ilana Tan sejak menerbitkan novel pertamanya pada 2006 membuat pembaca penasaran dengan informasi yang hanya sekelumit:
Summer in Seoul adalah karya pertama Ilana Tan yang berbentuk novel, selain berbagai cerpen. Ia penggemar film, buku, dan bahasa asing. Kini Ilana menetap di Jakarta dan bekerja di bidang yang disukainya. Di novel keduanya, ia masih menyertakan sedikit informasi yang sama, namun setelah itu, hingga novel terbarunya ‘In a Blue Moon’ (2015), tak ada lagi keterangan apapun mengenai sang penulis.
Pilihan untuk menjadi misterius memang cukup bisa dipahami bila mengingat nama Ilana Tan muncul pertama kali di pentas penerbitan fiksi populer pada 1996, masa ketika belum ada media sosial. Tapi, fakta bahwa hingga saat ini ia tetap “bersembunyi” tanpa memiliki akun Twitter ataupun Facebook pribadi (di luar yang dikelola oleh penggemarnya). “Banyak penggemar yang sering tanya-tanya ke saya,” ujar Hetih Rusli, penyunting novel-novel Ilana Tan. “Tapi saya nggak boleh mengatakan apapun,” sambung editor senior bidang fiksi “metropop” pada penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta itu.
Sebagai editor yang membidani lahirnya novel-novel Ilana Tan, Hetih tentu saja pernah bertemu dengan sang penulis, juga sering kontak-kontakan. Namun ia menolak untuk sekedar membocorkan, misalnya, Ilana Tan itu cowok atau cewek dan kira-kira seumuran berapa. “Yang jelas dia di Jakarta tapi suka traveling ke berbagai negara,” ujarnya menghindar. Lebih jauh Hetih menuturkan bahwa kemisteriusan tersebut sebenarnya bukanlan kesengajaan yang dirancang sejak awal. “Dia hanya nggak suka diprofilkan saja, dan memang nggak suka muncul di publik. Bukan karena cari sensasi, tapi biar bisa lebih tenang nulis,” papar Hetih.
Nama Ilana Tan barangkali segera dilupakan dengan segala kemisteriusannya itu seandainya karya-karyanya biasa-biasa saja, dalam arti tidak disukai pembaca. Namun, faktanya, novel-novelnya laris dan cetak ulang hingga mencapai angka yang fantastis.
“Misteriusnya jadi heboh saat buku-bukunya laris, masing-masing laku di atas
110 ribu eksemplar, dan orang baru nyadar bahwa mereka nggak perna tahu siapa
Ilana Tan,” ujar Hetih lagi. Tapi, benarkah penulis ‘Sunshine Becomes You’ yang tengah dalam proses
difilmkan tersebut semisterius itu? Penasaran, detikHOT pun melakukan
penelusuran online. Di Wikipedia, Ilana Tan memang ditulis sebagai “penulis
yang misterius. Karena di bagian 'Tentang Pengarang' yang biasanya tertera di
bagian paling belakang novel, tidak dicantumkan foto profil dan keterangan yang
detail…juga tidak mempunyai socmed pribadi yang mana sebagai sarana komunikasi
dengan para fansnya. Namun, ternyata Ilana Tan pernah diwawancarai oleh Majalah Story, dan dimuat di
Edisi 9/Th.I/25 Maret 2010. Tak ketinggalan pula dicantumkan foto close up
wajah seorang perempuan muda, yang oleh si pewawancara diklaim sebagai Ilana
Tan. Artikel wawancara berikut foto tersebut diunggah di dinding Facebook
pribadi si pewawancara pada 17 Mei 2011. Apa komentar Hetih mengenai hal itu? "Ilana Tan tidak pernah di-interview oleh media mana pun. Jadi kalau ada
yang mengaku pernah interview itu ngarang, bohongan," tandas Hetih serius. Bagi Hetih, Ilana Tan bisa jadi siapa saja. Tokoh-tokoh dalam novel-novelnya,
menurut dia, mungkin saja mewakili sosok penulisnya. Yang jelas, tambah dia,
pihak penerbit tidak pernah menciptakan sosok Ilana Tan. “Dia tidak diciptakan,
tapi ada karena keberadaan penggemarnya. Fans-nya luar biasa!” ujar HetihNamun, di tengah hingar-bingar euforia yang “wow” semacam itu, ada seorang penulis yang justru kembali ke romantisme kuno, ketika para penulis merupakan sosok-sosok misterius yang dipuja penggemarnya. Dia adalah Ilana Tan, penulis tak kurang dari 10 novel yang semuanya “bestseller”. Bila umumnya penulis berlomba-lomba membuat narasi yang semenarik mungkin untuk biodata di halaman akhir bukunya, maka Ilana Tan sejak menerbitkan novel pertamanya pada 2006 membuat pembaca penasaran dengan informasi yang hanya sekelumit:
Summer in Seoul adalah karya pertama Ilana Tan yang berbentuk novel, selain berbagai cerpen. Ia penggemar film, buku, dan bahasa asing. Kini Ilana menetap di Jakarta dan bekerja di bidang yang disukainya. Di novel keduanya, ia masih menyertakan sedikit informasi yang sama, namun setelah itu, hingga novel terbarunya ‘In a Blue Moon’ (2015), tak ada lagi keterangan apapun mengenai sang penulis.
Pilihan untuk menjadi misterius memang cukup bisa dipahami bila mengingat nama Ilana Tan muncul pertama kali di pentas penerbitan fiksi populer pada 1996, masa ketika belum ada media sosial. Tapi, fakta bahwa hingga saat ini ia tetap “bersembunyi” tanpa memiliki akun Twitter ataupun Facebook pribadi (di luar yang dikelola oleh penggemarnya). “Banyak penggemar yang sering tanya-tanya ke saya,” ujar Hetih Rusli, penyunting novel-novel Ilana Tan. “Tapi saya nggak boleh mengatakan apapun,” sambung editor senior bidang fiksi “metropop” pada penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta itu.
Sebagai editor yang membidani lahirnya novel-novel Ilana Tan, Hetih tentu saja pernah bertemu dengan sang penulis, juga sering kontak-kontakan. Namun ia menolak untuk sekedar membocorkan, misalnya, Ilana Tan itu cowok atau cewek dan kira-kira seumuran berapa. “Yang jelas dia di Jakarta tapi suka traveling ke berbagai negara,” ujarnya menghindar. Lebih jauh Hetih menuturkan bahwa kemisteriusan tersebut sebenarnya bukanlan kesengajaan yang dirancang sejak awal. “Dia hanya nggak suka diprofilkan saja, dan memang nggak suka muncul di publik. Bukan karena cari sensasi, tapi biar bisa lebih tenang nulis,” papar Hetih.
Nama Ilana Tan barangkali segera dilupakan dengan segala kemisteriusannya itu seandainya karya-karyanya biasa-biasa saja, dalam arti tidak disukai pembaca. Namun, faktanya, novel-novelnya laris dan cetak ulang hingga mencapai angka yang fantastis.
#sumber detikHot
Tidak ada komentar :
Posting Komentar