efek

Kegiatan FKP

Info Lomba

Inspirasi

Cepen

Artikel

Kamis, 12 November 2015

Cerpen, Kehidupan adalah Anugerah


Kehidupan adalah Anugerah 
By: Girl Come From Another Star 

         Aku masih enggan berpaling memandangi secarik goresan tintaku di atas kertas. Perlahan kuperhatikan kata demi kata serta sudah berapa bariskah yang sudah kutuliskan. Kuhela nafas sejenak ketika menyadari daftar impian yang sengaja kutuliskan tadi hampir memenuhi tiap baris dalam kertas. Namun hatiku mendadak bertanya, sudah berapa banyakkah yang kini terealisasikan? Aku terdiam sambil memandangi sekali lagi, nyatanya semua masih jauh dari harapan, bahkan yang bagi orang lain itu begitu mudah, sama sekali tak bisa kudapatkan. Oh begitu rumitnya sebuah perbedaan itu? Ketika setiap hari aku mencoba menyisikan sebagian uang dan menggunakannya dengan penuh perhitungan agar tak salah mana kebutuhan yang paling penting dengan yang tidak, sebagian dari mereka justru dihambur-hamburkan begitu saja bahkan masih ada yang belum merasa cukup. Dan ketika aku dengan mati-matian belajar siang malam mempertahankan prestasi dan juara demi mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan sekolah, mereka yang tidak memiliki prestasi cukup baik justru bisa memilih sekolah manapun yang mereka mau karena ketersediaan biaya yang dimilikinya. Oh Ya Tuhan, bukan maksutku menyalahkan takdir-Mu, hanya saja begitu terjalnya perjalanan yang harus kulalui untuk menggapai mimpi-mimpi itu, sementara aku hanyalah manusia biasa yang begitu rentan dengan perasaan cemas, mengeluh atau putus asa.
. *****
        Suasana pagi ini sungguh terasa hangat, langit begitu membiru dengan biasan cahaya matahari yang cukup menyejukkan bumi. Beberapa burungpun tampak semangat mengalunkan tiap kicauan indahnya. Dengan penuh semangat pula, aku memacu sepeda kayuhku menuju sekolah. Tak butuh waktu lama untuk tiba, karena memang letak sekolahku tak terlalu jauh dari rumah. Sesampainya di kelas, aku langsung bergabung dengan teman-taman yang sepertinya tengah membincangkan sesuatu semacam bergosib.
“Oh ya siswa baru pindahan dari sekolah lain itu katanya di keluarkan dari sekolah lamanya gara-gara sering bolos dan berbuat onar lho.” Dengan semangatnya temanku Rani memberi tahu gosib terbaru hari ini.
“Iya, padahal aku dengar dia itu anak dari orang kaya, orang tuanya juga ramah.” Tambah Susan tak kalah semangatnya.
Sementara aku masih terdiam karena memang tak tau apa-apa tentang gosib-gosib seperti itu.
“Eh.. eh.. asal kau tahu juga ya, teman kita Fani hari ini gak masuk itu gara-gara ia masih bersedih karena orang tuanya mau bercerai.” Aku terkejut mendengar perkataan heboh Vira yang tiba-tiba menyela. Kasian sekali Fani, batinku merasa iba.
“Benar, pasti dia kecewa banget dengan itu.” Sahut Rani dengan nada kawatir.
“Ternyata orang-orang yang terlihat berkehidupan mewah itu tak selamanya selalu bahagia ya. Tak jarang mereka dihadapkan dengan masalah besar dan rumit. Contoh lain juga masih banyak. Misalnya saja para koruptor, mereka cerdas punya pangkat tapi bahagianya hanya sesaat. Sementara orang-orang kaya yang bekerja keras hingga mengabaikan kesehataannya, akhirnyapun terserang berbagai penyakit berat. Terus uangnya jadi habis deh buat berobat.”
“Wah bener tuh San, aku suka sekali kata-katamu. Sebenarnya jadi orang pas-pasan itu memang susah, tapi kita harus tetap bersyukur karena masih diberi kesehatan, keluarga yang utuh dan fikiran sehat untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk.”
         Aku masih enggan mengeluarkan sepatah kata apapun, setelah mendengar percakapan Susan dan Vira. Mereka benar, kenapa pikiranku tak pernah sampai disitu ya? Aku justru sering memandang bahwa hidupku jauh dari kata bahagia, sering mengeluh dan menganggap perbedaan itu seperti tak pernah adil. Nyatanya aku salah. Aku masih mempunyai banyak hal yang tidak dimiliki orang-orang yang lebih dulu dimudahkan. Kesehatan, kasih sayang orang tua, prestasi yang baik serta kemampuan yang cukup lebih. Bukankah itu suatu hal yang nilainya lebih berarti dari apapun juga? Mungkin bisa dikatakan suatu keajaiban dalam hidupku yang tak akan bisa ditemukan dimanapun juga, dan tak akan bisa dibeli atau ditukar dengan berapapun jumlah uang yang diberikan. Ya Tuhan, ketika aku menganggap diriku tak pernah beruntung, aku lupa bahwa Engkau benar-benar begitu adil dalam membagi besarnya nikmat pada setiap hambaMu. Dan ketika aku selalu ingin menjadi kaya, aku sungguh lupa bahwa hidupku adalah kekayaan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar