Titik
Jenuh
Ada saatnya kau berada pada titik jenuh. Pada
titik yang enggan membuatmu bergerak lagi. Sebagian mungkin akan langsung
berjalan mundur. Sedangkan aku? Sebagian dari kita bukanlah orang yang bisa
membuang semuanya begitu saja tanpa mengingat bagaimana susahnya membangun itu
semua. Dari mulai sejumput pasir, sebongkah batu, seonggok tiang yang perlahan
berusaha menjadi sebuah pondasi. Ya, sebagian dari kita tak akan melupakan itu
semua. Ada yang masih ingin melangkah walau terkadang terdiam dan memikirkan
apa yang harus kita lakukan untuk menjadikan pondasi itu sebuah bangunan.
Titik Jenuh bukanlah suatu hal yang harus
dipertahankan kemudian menyerah, itu sebuah titik dimana kita menempatkan diri
dengan hitungan proporsi yang melebihi kapasitas, artinya jenuh adalah saat
kita terlalu berlebihan dalam melakukan sesuatu yang awalnya kita suka kemudian
perlahan menjadi sebuah obsesi. Percayalah sesuatu ada takaran dan tolak
ukurnya. Ada saat dimana kita harus terdiam, berjalan, berlari, dan berbelok. Bukan
selalu menerjang dan mendesak semuanya untuk sampai di depan sana. Ada saatnya
kita menengok kebelakang, membuang sebagian dan memperjuangkan satu,
memaksimalkannya kemudian berusaha mewujudkannya. Keberhasilan tak selalu
didefinisikan apabila semua yang di cita-citakan dapat terwujudkan seluruhnya.
Seperti itulah kataku. Berusaha belajar
menjadi pemenang meski tak ada yang
tepuk tangan. Terus bejuang meski terkadang sering terabaikan. Jangan hanya
menjadi seseorang yang berada di depan namun tak pantas untuk di kenang. Titik
Jenuh bukan sebuah tuntutan untuk membuat semuanya berakhir tanpa alasan. Kamu hanya
perlu diam sebentar. Laksana sungai, kau harus membiarkan airnya mengalir
sebagaimana mestinya. Maka seiring bergantinya waktu, air yang tenang tetap
akan bergerak bersama arus yang membawanya berjalan, bukan mundur dan melawan
arusnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar