efek

Kegiatan FKP

Info Lomba

Inspirasi

Cepen

Artikel

Jumat, 23 Oktober 2015

cerpen, The Story of ‘Merantau’



The Story of ‘Merantau’
By: girl come from another the star


Senyap sepi memandang malam, hanya rintihan suara binatang yang memekik hingga pada gendang. Berteman hati dengan segenap gundahnya ini petang, entah karena lampunya yang padam atau karena terlarut pada kisah yang di bawakan.
Kami memandang pada  remang nyala lilin yang kian meredup tertiup angin, sementara hati jauh merantau pada titik-titik kelam yang pernah menaungi keseharian. Suara serak parau dengan sedikit genangan air mata yang terlintas ketika tiap-tiap kata itu mengisyaratkan kepedihan.
“Duh Tuhan.. entah dengan cara apa aku dapat sampai pada hari ini, ketika hanya bercerita saja pahitnya enggan membuatku melanjutkannya.” Keluhnya mengiba di sela ingatan akan setiap kesulitan dan pedihnya suatu kenangan. Rasanya hatiku ikut bergetar membayangkan ketika Tuhan sampai menggati peran, menuliskan jalan serupa yang bahkan aku menduga tak mampu melampauinya.
“Sepatak kamar dengan sebuah tikar aku memendang kehidupan, jika petang mulai membayang hanya sebuah kipas angin tua dengan bunyi khasnya yang menemaniku sepanjang kelam.” Lanjutnya degan pandangan nanar menatap lekat tiap tetesan embun yang larut pada jendela rumah. Ada sedikit jeda dalam tiap nadanya, nafas yang memburu membuatnya menghela sambil mengusap kelopak matanya yang mulai membasah.
“Jika salah seorang temanku berkunjung, kami biasa mendengarkan musik, itupun hanya sebuah lagu yang sama yang di putar berulangkali. Bukan karena kami tidk bosan atau karena sangat mengidolakannya, akan tetapi memori telepon hanya cukup untuk satu lagu.” Lidahku kelu mendengar tiap tutur katanya, entah apa yang bisa ku katakan sebagai tanggapan.
“Ketika makan, aku terbiasa menggunakan lauk ikan asin yang sampai berhari-hari demi menghemat biaya bulanan. Sungguh miris bukan..? Tapi nyatanya Tuhan selalu memberi kesempatan bagi mereka yang mau berjuang. Kita tak akan tahu bagaimana cara bersyukur ketika belum dihadapkan dengan namanya kekurangan.” Aku terdiam meresapi tiap pengalaman hidupnya di tanah perantauan, dari caranya bersabar dan tetap tekun ditengah kesulitan dan yang pada akhirnya Tuhan menjawab semua do’anya.
 “Lalu bagaimana kamu bisa sampai pada sekarang ini, yang mana bisa dikatakan sebuah masa keberhasilan?” Kulihat ada binar senyum dalam raut wajahnya, seperti sebuah kisah akhir yang bahagia dalam sebuah drama. Nyatanya Tuhan juga menuliskan skenario seseorang dengan pilihan akhir yang menyedihkan atau membahagiakan tentu sesuai kemampuan seseorang dalam berimprovisasi.
“Asal kamu tahu pada akhirnya semua perjuangan itu menghasilkan penghargaan. Meski dalam kesulitan aku tak pernah berhenti berusaha, kuliah terus berjalan sampai akhir tentu dengan jatuh bangun aku memperjuangkannya. Hingga pada akhirnya Tuhan memberiku jalan melalui usaha kecil yaitu katring makanan yang perlahan dapat ku kembangkan menjadi sebuah bisnis yang mempunyai keuntungan cukup. Begitulah Dik.. Tuhan akan selalu memberikan ujian kepada seseorang sampai dia layak di jadikannya orang yang berhasil, karena kita tak mungkin tahu apa itu bahagia tanpa adanya kepedihan dan apa itu keberhasilan tanpa adanya perjuangan.” Aku sungguh kagum dengan kehidupannya, nyatanya masih banyak orang-orang yang jauh lebih sulit persoalan hidupnya dari apa yang kuhadapi saat ini. Berhenti mengeluh dan melanjutkan apa yang harus di kerjakan mungkin adalah langkah awal untuk sebuah keberhasilan.
Rasanya malam semakin pekat, walau berisik nyanyian binatang malam masih memekik dan bulan bintang  masih setia menghiasi gulitanya sang petang, waktu tak pernah mau menunggu sebenar saja untuk menjadikannya lama. Ya, kami harus segera istirahat mengingat segudang aktifitas sudah berjajar rapi pada barisan jadwal esok hari. Sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin kutanyakan dan yang ingin kuceritakan padanya, tapi kurasa akan selalu ada kesempatan lagi untuk sebuah hal kebaikan.  See you...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar